Dr H Sherwood Lawrence tidak pernah mengira penelitiannya tentang sistem imun melahirkan sebuah penemuan unik : transfer factor (TF). Semula dokter lulusan New York University School of Medicine itu hanya mencari kesembuhan penderita tuberculosis (TBC).
TF berwujud molekul halus yang terdapat dalam kolostrum susu yang dihasilkan pada 3 hari awal menyusui. Tugasnya memberikan informasi system kekebalan tubuh. Ibarat sistem antivirus computer, TF menyimpan informasi musuh-musuh yang menyerang tubuh. Ketika musuh datang, informasi yang terkait dengan kehidupan musuh itu direkam dalam ingatan molekul halus TF. Sewaktu musuh datang kembali, sistem pertahanan tubuh langsung bekerja dan menghadangnya.
Bahan utama pembentuk TF adalah ekstrak kolostrum. Produk itu sebelumnya telah melewati penelitian panjang selama 50 tahun. Mengapa kolostrum sapi ? Itu lantaran sapi menghasilkan susu yang banyak pada awal masa menyusui. Walaupun berasal dari kolostrum sapi, TF tidak mengandung susu sapi. Ia tidak mengandung kasein dan immunoglobulin yang dapat menimbulkan alergi.
Jika dibandingkan kolostrum, 45.000 mg kolostrum sebanding dengan 600mg TF.Tak seperti antibody lain yang memiliki massa molekul besar, TF mempunyai molekul jauh lebih kecil. Menurut Charles Kirkpatrick, peneliti Laboratory of Clinical Investigation, National Institute of Allergy and Infectious Disease, National Institute of Health, Maryland, USA, bobot molekulnya antara 3.500 – 5.000 dalton.
Peran TF antara lain meningkatkan aktivitas sel NK (natural Killer) sebanyak 200 – 400%. Sel NK adalah pembasmi sel-sel yang terinfeksi penyakit. Selain itu, TF juga menenangkan sistem imun yang terlalu aktif. Dengan kata lain, autoimun dapat dicegah. Itu penting dalam penanganan penyakit yang sistem kekebalan tubuhnya melampaui batas seperti lupus, alergi, asma dan psoriasis.
KEUNGGULAN TRANSFER FACTOR [TF]
Kekebalan tubuh itu tidak hanya ditujukan untuk penderita penyakit tertentu. Sistem kekebalan tubuh yang baik mutlak diperlukan setiap orang. Menurut Dr William Hennen PhD, ahli biokimia, penyakit muncul disebabkan lemahnya sistem imun. Bahan apa pun yang bekerja meningkatkan sistem imun maka secara langsung bisa mencegah dan mengendalikan berbagai penyakit.
Aktifitas manusia sehari-hari selalu membuat tubuh terkena radikal bebas dan polusi yang melemahkan tubuh. Itu tidak bisa dihindari. Mulai dari makanan yang berpengawet tinggi, pencemaran udara, stress, infeksi virus dan bakteri, bahkan obat yang kita minum, semuanya menyerang ketahanan tubuh. Usaha pencegahan, berbagai suplemen, herbal, obat dan vitamin diasup. Fenomena itu terjadi pada 1970-an. Orang ramai-ramai mengkonsumsi vitamin. Tren itu diikuti produk antioksidan yang menjamur pada 1990-an.Pasar produk peningkat kekebalan tubuh pun terus berkembang.
Salah satunya TF yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Sherwood. Produk berbahan kolostrum itu kini dikonsumsi di mancanegara. Itu karena khasiatnya yang luar biasa. Pada tahun 1992, sebuah laboratorium independen, Jeunesse Inc, Institute of Longevity Medicine, California, USA, melakukan penelitian ilmiah terhadap 198 produk golongan herbal, obat dan suplemen.
Penelitian yang memakan waktu 7 tahun itu meneliti produk-produk yang dipercaya berkhasiat terhadap kesehatan. Dari 198 produk itu terpilih 12 produk unggulan terbaik peningkat daya imun. Hasilnya sungguh tidak terduga, TF memang unggul dibandingkan produk sejenis. Sebut saja produk yang menggunakan bahan polisakarida tumbuhan, jamur shiitake, formula fitonutrien, lidah buaya, dan mengkudu.
Kandungan NK-cell (natural killer cell) produk-produk itu berada di rentang 15 – 49%.Polisakarida yang terdapat pada tumbuhan misalnya, hanya memiliki kandungan NK-cell 48%. Sedangkan NK-cell mengkudu sebesar 15%. Lalu berapa nilai NK-cell TF? Besarnya 283%. Itu belum seberapa jika dibandingkan TF Plus yang dikombinasikan dengan 12 bahan unggulan.
Bahan alami tambahan pembentuk TF Plus antara lain ekstak kedelai, bubuk Cordyceps sinensis, bubuk kulit lemon, ekstrak jamur Agaricus blazeii, bubuk aloevera, ekstrak gandum, bubuk jamur maitake dan bubuk jamur shiitake. Dari penelitian yang sama, nilai NK-cell TF Plus mencapai 437%.
HASIL RISET LABORATORIUM
Pembuktian keampuhan TF dilakukan melalui serangkaian riset di Rusia. Selama periode 2000-2003 beberapa klinik Federasi Rusia melakukan penelitian terkait penyakit infeksi HIV, hepatitis B, hepatitis C, herpes, clamidiosis urigenital, osteomyelitis, opisthorchiasis, kanker lambung, psoriasis, dermatitis atopic dan busuk usus besar.Ambil contoh penelitian kasus penderita osteomyelitis yang dilakukan di St Petersburg State Medical Academy, Rusia. Dalam riset itu, sebanyak 33 pasien berusia 25-64 tahun mengidap osteomyelitis-infeksi tulang atau tulang sumsum- dilibatkan. Responden terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama sebanyak 20 orang menerima TF. Dosisnya 2 kapsul 3 kali sehari ditambah dengan terapi antibacterial standar. Kelompok lainnya sebanyak 13 orang, menerima perlakuan standar seperti control.
Hasilnya, kelompok yang mengasup TF menunjukan peningkatan kekebalan tubuh. Masa penyembuhan mereka pun lebih singkat. Radikal bebas dan reaksi peroksidasi lemak memainkan peranan besar pada mekanisme pathogenesis penyakit osteomyelitis. TF mempengaruhi mekanisme resistensi nonspesifik biokimia, termasuk oksidasi radikal bebas. Ia juga meningkatkan kestabilan membrane sel dan aktivitas pertahanan antioksidan.
Pada penderita kanker, TF mampu meningkatkan fungsi NK-cell yang mampu berperan memerangi sel kanker. Riset Dr Darryl See, peneliti dari University of California, Irvine, California, terhadap 20 pasien menunjukan 16 pasien kanker stadium 3 dan 4 yang menjalani terapi TF mengalami pemulihan dan dalam kondisi stabil. Dosis yang diberikan 9 kapsul TF Plus per hari selama 6 bulan. Riset itu mencatat peningkatan fungsi NK-cell dari normal 6,4 menjadi 27,6 pada bulan keenam.Ada pula studi in vitro yang diusung Kisielevsky dan Khalturina dari Russian Cancer Research Center, Russian Academy of Medical Sciences (RAMS), Rusia. Kedua peneliti itu membuktikan TF merangsang antitumor dan meningkatkan aktivitas sitotoksik sel darah mononuclear dari donor sehat. Efek paling signifikan terlihat setelah 48 jam inkubasi TF pada konsentrasi 0,0001 – 0,1 mg/ml. Inkubasi TF yang berasal dari kolostrum dan kuning telur itu meningkatkan sitotoksisitas sel darah 18-99%.